Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkolusis Paru (TB Paru) Di Kabupaten Indramayu

Setyo Dwi Widyastuti, Riyanto Riyanto, Muhamad Fauzi

Abstract

Penderita penyakit TB paru di Indonesia berada pada urutan ke empat Negara dengan beban TB tertinggi di dunia setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Di Kabupaten Indramayu juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan data dalam profil kesehatan Propinsi Jawa Barat, pada tahun 2012, prevalensi penyakit TB paru sebanyak 192/100.000 penduduk, dengan distribusi 112/100.000 penduduk laki-laki dan 80/100.000 penduduk perempuan, sedangkan insidensi penyakit TB paru sebanyak 1.602 penduduk, dengan distribusi 960 penduduk laki-laki dan 642 penduduk perempuan. Dalam pencatatan dan pelaporan penyakit TB paru, variable yang dicatat yang termasuk dalam epidemiologi deskriptif baru meliputi : umur, jenis kelamin dan pekerjaan, alamat, waktu diagnosa dan waktu sembuh, serta trimester. Dengan epidemiologi deskriptif dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tingginya frekuensi penyakit TB paru di Kabupaten Indramayu. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui Gambaran epidemiologi penyakit TB paru di Kabupaten Indramayu tahun 2016.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Populasinya adalah seluruh penderita TB paru di Kabupaten Indramayu pada tahun 2016. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prevalensi penyakit TB paru di Puskesmas Jatibarang, Puskesmas Kertasemaya dan Puskesmas Losarang sebanyak 141 penderita TB paru. Adapun distribusinya adalah sebagai berikut: menurut variabel orang, 85,5% berumur antara 15-64 tahun, 66,1% berjenis kelamin laki-laki, 32,3% tidak bekerja, 29% belum/tidak sekolah, 61,3% sosial ekonominya rendah, 67,7% status perkawinannya kawin, 37,7% besar keluarga lebih dari 4 orang, 51,6% tidak menderita penyakit lainnya selain penyakit TB paru, dan 59,7% mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit TB paru. Varibel tempat, 40,3% berada di Puskesmas Kertasemaya, dan 90,3 tinggal di desa. Sedangkan berdasarkan variabel waktu, 33,9% penderita TB paru didiagnosa pada trimester I, yaitu bulan Januari sampai dengan Maret, dan lama pengobatnnya 62,3% lebih dari 6 bulan.
Saran, puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar lebih meningkatkan lagi kegiatan promosi kesehatan, khususnya tentang penyakit TB paru, masyarakat agar berperan aktif dalam melakukan upaya pencegahan terhadap penularan penyakit TB paru dengan cara makan-makanan bergizi, meningkatkan kesehatan lingkungan dan periksa dahak apabila batuk lebih dari 2 minggu. Untuk peneliti lain, agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB paru di Kabupaten Indramayu

Keywords

Gambaran Epidemiologi, Penyakit TB Paru

Full Text:

PDF

References

Anak Agung Gede Agung, Anak Agung Sagung Sawitri, Wirawan DN. Rendahnya proporsi Kontak yang Melakukan Deteksi Dini Tuberkulosis Paru di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2012. Public Health and Preventive Medicine Archive. Juli 2012;1:1

Anna Silvia Prihantana, Sri Saptuti Wahyuningsih. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkolusis di RSUD dr. Soehadi Prijonegiri Sragen. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, September 2016, Volume II Nomor 1

Dian Wahyu Laily, Dina V, Rombot, Benedictus S. Lampus. Karakteristik Pasien Tuberkolusis Paru di Puskesmas Tuminiting Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, Februari 2015, Volume 3 Nomor 1

Eka Fitria, Raisuli Ramdhan dan Rosdiana. Karakteristik Penderita Tuberkolusis Paru di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh Besar. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, Juli 2017 Volume 4 Nomor 1

Erawatyningsih, E, Purwanta dan Subekti, H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru. Journal Of Community Medicine and Publich Health (BKM). September 2009. Volume 25 Nomor 3

Freddy Panjaitan. Karakteristik Penderita Tuberkolusis Paru Dewasa Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak Periode September-November 2010. Naskah Artikel, 2012

Sihombing, H. Sembiring, H. Amir, Z dan Sinaga, B.Y.M. pola Resistensi Primer Pada Penderita TB Paru Kategori I di RSUP H. Adam Malik, Medan. Juli 2012. Journal Respir Indo. Volume 32 Nomor 3

Simbolon, D. Faktor Risiko Tuberculosis Paru di kabupaten Rejang Lebong. Desember 2007. Volume 2 Nomor 3

Sukana, B. Herryanto, H. dan supraptini. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan. Desember 2003. Volume 2 Nomor 3.

CDC. Reported Tubercolusis in The United States, 2008. Atlanta, GA: U.S. Departement of Health and Human Services, CDC, September 2009

Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes

Kepmenkes, RI. Pedoman Penanggulangan Tubercolusis (TB). In: Kepmenkes, editor. 2 ed. Jakarta 2010.

Kepmenkes, RI. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010 - 2014. In: Kepmenkes, editor. Jakarta: Kepmenkes; 2011.

Kepmenkes, RI. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tubercolusis di Indonesia Januari-Desember 2012. In: Kepmenkes, editor.: Kepmenkes; 2012

Kemenkes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Pertama, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.

Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

R. Beaglehole at all, Dasar-dasar epidemiologi, WHO, Geneva, 1997

Fahruda A, Supardi S, Buiningsih N, Pemberian makanan tambahan sebagai upaya peningkatan keberhasilan pengobatan penderta TB Paru di Kotamadia Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan, Berita Kedokteran Masyarakat, 2002; XVIII(3):123-9.

Rukmini dan Chatarina UW. Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kejadian TB Paru Dewasa di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Oktiber 2011, Volume 14 Nomor 4

Sumartiningsih FMS, Riyanto A, Riduwan. Belajar Mudah SPPS untuk Penelitian Kesehatan. Bandung: Dewa Ruchi; 2007.

Susilowati T. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Tubercolusis di Kecamatan Kaliangrik Magelang (Studi tentang Kontak Langsung dengan Pasien BTA Positif Tuberculosis) Purworejo Jawa Tengah: e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk3/article/view/56/54; 2010 [cited 2013 17 December].

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S, 2007. Promosi kesehatan dan ilmuperilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, A. 2001. Pengantar Epidemilogi. Jakarta. Binarupa Aksara

Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat Tahun 2012

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015

Sopiyudin, M. 2001. Statistik untuk Kedokteran. Jakarta. Salemba Jakarta

Watkins RE, Plant, AJ. Does smoking explain sex differences in the global tuberculosis epidemic? Epidemiol. Infect 2006;134:333-339

Widoyono. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya). 2, editor. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2011.

WHO. Global tuberculosis control 2010: WHO Global Report 2011; 2011.

Abstract - Print this article - Indexing metadata - How to cite item - Finding References - Email this article (Login required) - Email the author (Login required)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.