MODEL PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Rd Siti Sofro Sidiq

Abstract

Tujuan dari program pemberdayaan ialah membuka aksesibilitas bagi masyarakat miskin untuk mereka bisa memanfaatkan perlindungan dan jaminan sosial yang diberikan pemerintah untuk keberlangsungan hidup mereka, kemiskinan juga terjadi akibat dari keterbatasan kebijakan, akses dan pendidikan sehingga membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Pemberdayaan di Komunitas Adat Terpencil memiliki tujuan untuk membuat model arah kebijakan antara pusat, provinsi dan daerah untuk bisa saling bersinergi sesuai dengan identifikasi setiap daerah, sehingga program-program tepat sasaran dan bisa mengentaskan kemiskinan. Motode penelitian yang digunakan ialah kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data secara studi literatur, wawancara, dokumentasi, dan FGD sehingga mendapatkan informasi yang lebih konkrit. Hasil penelitiannya adalah model pemberdayaan sosial yang tepat untuk mengetaskan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti membutuhkan beberapa tahapan. Tahapan pertama pemetaan sosial, tahapan kedua penjajagan awal dan tahap ketiga studi kelayakan, semua tahapan tersebut harus dilalui untuk mendapatkan model yang tepat dalam pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang lebih tepat sasaran.

Abstract: The purpose of the empowerment program is to open accessibility for the poor so that they can take advantage of the protection and social security provided by the government for their survival, poverty also occurs as a result of limited policies, access and education so that it makes it difficult for people to fulfill their daily lives. Empowerment in Remote Indigenous Communities has the aim of creating a model for policy direction between the central, provincial and regional levels so that they can work together in accordance with the identification of each region so that programs are right on target and can alleviate poverty. The research method used is descriptive qualitative by collecting data by means of literature studies, interviews, documentation, FGDs so as to get more concrete information. The result of the research is that the right social empowerment model to incite poverty in the Meranti Islands district requires several stages such as the first stage of social mapping, the second stage of the initial assessment and the third stage of a feasibility study, all of these stages must be passed to get the right model for empowering remote indigenous communities. more on target.

Keywords: Empowerment; Model; Remote Indigenous Community; Poverty

Keywords

Pemberdayaan; Model; Komunitas Adat Terpencil; Kemiskinan

Full Text:

PDF

References

Cook, S., & Macaulay, S. (1997). Practical steps to empowered complaint management. Managing Service Quality: An International Journal, 7(1), 39–42.

Creswell, John W. 2008. Education Research, Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research 4th edition. Boston: Pearson.

Nurwati, N. (2008). Kemiskinan : Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan. Jurnal Kependudukan Padjadjaran, 10(1), 245387.

Pertanian, F., & Iqra, U. (2019). Proceeding of Community Development Integration of Community Empowerment Models [Pengintegrasian Model Pemberdayaan Masyarakat] M Chairul Basrun Umanailo Abstrak. 2(August), 268–277.

Rahim, M., Tahir, M., & Rumbia, W. A. (2014). Model Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Pesisir dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. The Winners, 15(1), 23. https://doi.org/10.21512/tw.v15i1.633

Rohmah, S. (2014). Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Grassroot Microfinance Syariah. Sawwa, 10(1), 59–82.

Sidiq, R. S. S., & Sulistyani, A. (2017). Peluang Dan Tantangan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (Kat) Di Desa Sungai Upih Provinsi Riau (Opportunities and Challenges on the Empowerment Program of Remote Indigenous Community in Sungai Upih Village Riau Province). Asian Journal of Environment, History and Heritage, 1(December), 29–38.

Sufiadi, J., Noor, I., Magister, P., Publik, A., & Brawijaya, U. (2015). Implementasi Program Pemberdayaan Rumah Tangga Sangat Miskin. 5(1), 160–168.

Suprastiyo, A. and M. (2017). Meningkatkan Kesejahteraan masyarakat melalui program nasional Pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM-Mpd) Di Kabupaten Bojonegoro. Reformasi, 7(2), 1–10. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

Sutikno, S., Soedjono, E. S., Rumiati, A. T., & Trisunarno, L. (2015). Pemilihan Program Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Sistem. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 11(1), 135. https://doi.org/10.23917/jep.v11i1.339.

Unayah.N & Sabarisman.M. (2008). Identifikasi Kearifan Lokal dalam pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sosio Informa, 83(2), 167–173. https://doi.org/10.1016/s0031-3939(08)70273-7.

Utami, V. Y. (2020). Dinamika Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat pada Desa Wisata Halal Setanggor: Kepercayaan, Jaringan Sosial dan Norma. Reformasi, 10, 34–44. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/287209452.pdf.

Abstract - Print this article - Indexing metadata - How to cite item - Finding References Review policy - Email this article (Login required) - Email the author (Login required)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.